Sabtu, 13 September 2014

saat menenggak laut di musim ubur ubur

selamat tinggal masa depan. aku telah datang saat kau pulas. kulihat dalam benakmu manusia manusia bertelur, terbang mendengung, mirip nyamuk, bedanya bertanduk. kau duduk di antara peti peti berkilat, tepat di atas kata awas yang tertulis pada setiap sisi. kau tidak mengenalku, aku tak menyambutmu. sengaja begitu. seperti kalimat tua, tak kenal maka tak sayang, tak perlu repot berjabat tangan. kukira kau sangat letih setelah berbasa basi sepanjang hari.
haruskah kutawari kau segelas kopi. dalam gelas plastik.selamat menikmati hari, lebih dari tujuh, dan tak pernah kembali ke akhir minggu. setiap hari menjadi awal, pekerjaannya mengawal, memastikan semua hilang. hanya demi sebuah salam, damai, sejahtera, panjang usia. dan aku itulah sesuatu yang jauh, yang tak sanggup kaurengkuh.
aku selalu lupa menghalangi udara, udara bersalah, keras kepala, mengunjungi rongga dada. berharap menemukan aku sedang berjaga demi tubuhku yang gentar pada kerapuhan. mengembang dan menguncup, senada gelombang. aku masih ingin punya sayap. kau melayang, dengan apa, membran, transparan.
jubah kebesaran, selamat tinggal masa depan. aku buih, mencoba memecahkan teka teki*