Kamis, 25 September 2014

parole

jalan ungu, lampu ungu, rambu rambu ungu, langit ungu. ada yang ngawur, menuangkan atau menumpahkan, dengan sengaja atau tanpa sengaja, wadah cat ke atas kertas bergambar. warna merah dan biru menyatu. ditambah sedikit kebanyakan air, maka gambar sudut jalan lengang seketika berwarna tak keruan dan basah. ketika sebuah kuas disentuhkan ke atas kertas, dengan sengaja, untuk meratakan cairan yang menggenang, warna merah dan biru tanpa sengaja teraduk, bercambur. akibatnya gambar dan hampir seluruh permukaan kertas berwarna ungu.
sebuah sudut jalan, pertigaan, dengan empat tiang berujung lampu, dua rambu rambu lalu lintas, kekosongan pada bagian atas kertas yang dipahami setiap orang yang memandang kertas bergambar tersebut sebagai langit. bangunan, tanaman, dan lain lainnya belum sempat digambar saat dengan tiba tiba kertas menjadi basah dan semua telah digambar berwarna ungu.
siku, lengan, atau tangan yang seharusnya bertanggung jawab. atau mata yang tidak awas, atau syaraf, atau otak. apapun juga, tak dapat mengubah apa apa selama kertasnya masih basah. mungkin nanti setelah mengering diperbaiki. dapat digambar lagi, dibenahi, ditambahkan ini itu supaya gambarnya tidak sepi. kemudian diwarnai sekali lagi, warna apa saja, asal dibubuhkan cukup tebal di atas warna yang telah ada. warna ungu mungkin memudar saat kertas tak lagi basah.
hanya butuh sedikit waktu, jika ingin lebih cepat dapat pula diusahakan. tidak sulit, meniup kertas, mengipasinya, atau menaruhnya di tempat bersuhu tinggi, sekat api, di bawah terik matahari. lihat saja sekeliling, kemudian pilih cara termudah, yang paling menyenangkan, segera mengerjakannya.
tiba tiba ia tertawa. oh, kenapa tidak melupakannya saja. bukan kertas bergambar sudut jalan lengang ungu, tapi semua niat dan rencananya untuk mengubah sebuah gambar. betapa mudah dan lebih menyenangkan menaruh selembar kertas bergambar basah di suatu tempat aman, maksudnya aman untuk dirinya, tempat di mana kertas basah berwarna ungu tak lagi mengganggunya.
setumpuk kertas kosong dan kering berada dalam jarak pandangnya, dekat. tak ada rintangan apapun untuk meraih selembar kertas lain, kosong dan kering. tak ada halangan apapun untuk menggambar kembali segala yang ingin digambarnya, bahkan ia punya kesempatan menggambar yang lebih baik.kali ini, jika ia cukup hati hati, segalanya akan berlangsung wajar dan baik baik saja. dan kelak sesudah gambar keduanya selesai diberi warna seturut kehendaknya, ia akan memiliki dua gambar berbeda. satu gambar berwarna ungu, ditambah satu gambar berwarna utuh. utuh, ya ia sengaja memakai kata utuh untuk menjelaskan aneka warna yang tepat pada tempatnya dalam gambarnya.
ungu dan utuh, terdengar akrab saat diucapkan, serasi dituliskan. ungu dan utuh, keduanya memiliki kesamaan, jumlah huruf, dan satu huruf hidup yang diulang dua kali pada masing masing kata. kecerobohannya mengakibatkan ia memiliki dua lembar kertas bergambar, yang pertama ungu, kedua utuh. ia merasa ber unthung, ia lagi lagi tertawa, sambil iseng iseng menggabungkan kedua kata yang dipakainya untuk menamai kedua gambarnya. penulisannya memang tidak benar, ejaannya tidak baku, tapi saat diucapkan tak akan ada yang menyadari kesalahannya*