Rabu, 10 September 2014

beberapa akibat tidak butuh sebab

kenapa kau tidak sembunyi. kau siap mati. siap tak siap semua pasti mati.
kenapa bangga betul, tentang berani mati. kau tak bunuh diri.
karena hidup secantik pasir, tajam menusuk telapak kaki, saat kau lari. pecahan kulit kerang dan ombak, dan angin, alangkah genit. dia berjalan tertatih dan tertawa tawa, dasar anak kecil.
anak kecil tak menyusun kalimat penyesalan, tak menyesali susunan kalimat. bangsa ikan seakan tak punya organ. air asin tak bikin dahaga, tak merusak ginjal. pantai. kau suka pantai, laut, kau belum bertemu paus. kau puas, meski kepanasan, hangus, haus. kepuasan tak dapat dihapus, juga keputusasaan.
ayo sini, main petak umpat. kau melompat, bergulat, bersilat, berkutat. dan masih puas.
apakah kau seorang malaikat. kau dekat. segalanya hangat. kau bukan bangsat.
sembilan puluh enam abad yang lalu, sebutir kacang memanjat orang, melewati segumpal demi segumpal awan, hingga tiba di sebuah tepi. sepanjang sisinya ditumbuhi rumpun stroberi. beribu ribu kelelawar berdiri tegak. memandang sehelai bendera sedang berdansa. cha cha cha. udang berbaris. ubur ubur menggali sumur. kau terjun. meluncur serupa mutiara. menjadi bubur kental dan sejuk setelah dituangi balok balok kaca, masing masing berisi angka, mungkin bukan angka, tapi angsa. tak ada kapal, tak ada baling baling. dua puluh sembilan jam kemudian pohon kelapa tumbuh lebih tinggi dari kepala orang. ketika kaubelah buah kelapa menyemburkan air mata, pandai bercerita, berani bersumpah semuanya nyata. sigung seharum parfum. guling setinggi gunung. hutan dan hujan dalam lubang hidung. kau belum tidur.
sore bersenandung. hari yang ranum. kau mencium selembar kain bergambar bebek kecil berbulu kuning. lantas bergegas bangkit. meninggalkan kenangan hangat di kursi. lalu berlari menyambut kereta api. apa gerangan di balik daging, tulang atau kulit. kau seorang diri, hanya seorang diri. kau lirih. kau mimpi. kau datang dan pergi. setidaknya kau tahu, otak dipenuhi cacahan waktu. alangkah ajaib. dia tak pernah buntu. jemari tangannya lincah memunguti setiap keping warna warni.
kau racun. kau hidup. tumbuh lalu jatuh. kegirangan menemukan teman. kepastian cuma bahan tertawaan*