Kamis, 11 September 2014

puzzle

jalan, tidak harus melangkah, menggerakkan sepasang kaki bergantian. kita bertiga, seperti dulu, duduk berdekatan, bertukar suara. mengacuhkan makna kata.
ayo jalan.
beli vodka.
gila.
kau, aku dan teman kita. duduk mengelilingi sebuah meja. patahan jalan berserakan di atas meja tak beralas. kopi hitam, sigaret, dua lelaki, satu perempuan. air dan angin mengalir, gemericik, ringan, redam.
sejak lama kita memendam kerinduan yang sama, yang diulang ulang, untuk pulang.
dari jalan berkelok mendaki bukit hingga tikungan tikungan tajam mendekati pantai. teman kita menyembunyikan sebotol besar vodka di balik jaketnya. aku bernyanyi, melawan hening dan deru mesin.
lagu cinta. untuk cinta yang tak sabar menemukan kita.
dia malu, segan kalau kau tahu dia menyembunyikan vodka di kantong jaketnya.
dia lucu, selalu resah bila kau tak ada di antara kita. katanya, aku sinting, bikin pusing.
aku dan dia berbagi segalanya, cerita, tawa, kecewa, vodka, dan berharap kau selalu ada.
aku tak tahu mesti menulis apa. ketika segalanya tak lagi sederhana, teman kita mengirimkan kalimat kalimat yang membuatku tak tahu mesti menulis apa. untuk kau dan aku, yang ingin dunia juga membaca.
Jika suatu hari engkau kehilangan tempat menabur benihmu Maka hujan yang turun akan memberitahu di mana engkau taburkan benihmu Oleh karenanya, taburkanlah kebaikan di bagian bumi mana pun dan di kolong langit mana pun serta kepada siapa pun Karena engkau tidak tahu, di mana engkau memperolehnya dan kapan engkau mendapatkannya Tanamlah kebaikan meskipun bukan pada tempatnya Karena kebaikan tidak akan sia-sia di mana saja engkau menanamnya Sungguh indah pemberian Terkadang engkau mendapatkan balasannya di dunia atau menjadi simpanan bagimu di akhirat Jangan engkau ambil kegembiraan seseorang dan jangan engkau tekan hati seseorang Usia kita sebentar, sisa-sisa peninggalan akan tetap ada meskipun pelakunya telah tiada Hadiah untuk saudara-saudaraku yang baik (Penrjemah: Marwan}
aku hanya dapat membaca, kau dan dia selalu ada. selalu menemukan kita sedang memperdebatkan cinta yang geleng geleng kepala, berkata pelan, ah manusia*