Sabtu, 20 September 2014

puzzle

aku ingat kau memijat pundakku di ataa kapal. sebelum merapat di dermaga, sebuah kapal besar mesti menunggu giliran bongkar muat sesama kapal. pijatanmu membunuh penat. dua orang penyanyi perempuan sedang menyanyi sambil melenggak lenggokkan tubuhnya di hadapan seorang pria. berlembar lembar uang berpindah tangan, dari tangan seorang pria ke tangan ke dua penyanyi perempuan. konsentrasiku buruk, sengaja tak kubenahi, kubiarkan diriku tidak mengerti, tentang jenis lagu, syair dan judul lagu yang sedang menyerang telingaku. kau tahu diam diam aku melirik gerakan uang yang berpindah tangan.
kehidupan memang tidak mudah dimengerti, bagusnya tak ada yang memaksa seseorang untuk mengerti. kehidupan bukan sekolahan, tidak ada tugas, pekerjaan rumah, soal soal ujian, teori yang mau tak mau harus dihapal atau diingat ingat..
dari pundak turun ke lengan, pijatanmu mantap. kemudian telapak tangan. angin dingin terasa hangat. hampir senja tidak istimewa, ada setiap hari pada waktu yang sama. matahari pasti terbenam, tak peduli ada atau tiada yang menanti malam. sentuhanmu lebih istimewa dari seluruh senja sepanjang usia, kukatakan dan kupastikan tanpa peduli sepanjang apa usiaku.
aku berhenti sebentar, untuk mengingat apa yang ingin kucatat, yang belum kucatat. tentang perjalanan yang menukar tempat setiap orang. kita seperti selayaknya manusia, layak mengerjakan apa saja yang semula dikira sanggup mengubah sesuatu. mulanya seluruh dunia, akhirnya dunia kita, terakhir bukan dunia. jadi apa.
kapal terayun gelombang. kapal besar pasrah, terayun gelombang. karena laut lebih besar ketimbang kapal.
kita bertukar pemahaman tak terkatakan, ada kebenaran yang tak mengenal dirinya sendiri. padamu, padaku, pada setiap gerak dan suara yang sedang mengamati kita.
aku tidak berharap atau berdoa, hanya percaya segalanya akan baik baik saja. dan kusimpan segala yang baik baik saja diam diam. kau akan menemukan segala yang berbeda, asing, segala yang tak kusimpan diam diam, segala yang masih baik baik saja, yang masih berceceran dan kuacuhkan.
pijatanmu akan segera usai, segera kurindukan lagi, kapal belum merapat di dermaga. seolah berkata, laut masih laut, gelombang tak berhenti mengalun. sementara setiap lembar uang di tangan seorang pria telah berpindah ke tangan kedua penyanyi perempuan yang tak merebut apapun, hanya bernyanyi dan menggoyang tubuh, menikmati gerak dan suaranya sendiri.
genggaman tanganmu hangat dan lembut di tanganku. aku mulai membayangkan bagaimana rasanya merindukanmu. kau masih dekat, selalu dekat. aku tak dapat tersesat. tak akan kuucapkan selamat, tak perlu kupintakan rahmat. kau telah menemukan tempat aman tanpa alamat. persis matahari menemukan arah barat saat senja menyentuh angkasa*