Rabu, 27 Agustus 2014

patahan benang

perubahan membosankan. terjadi setiap saat. lagu buruk, putus putus pula. seperti sinyal internet dalam paket paling hemat. perubahan juga memuakkan. diam jadi ribut. ribut jadi tenang. tenang jadi melayang. melayang jadi terbang. terbang jadi terjengkang. semua cepat. hilang sebelum sempat dihayati. perubahan besar sangat membosankan, melahap segenap kesadaran, menelan bulat bulat. seperti minum obat. yang tidak sakit tak perlu mencari kesembuhan, berharap pada sesuatu yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan terburu buru.
hei arak, jangan segera meluncur ke pencernaan, nikmatilah rongga mulut, kenyal lidah, bau liur, gema dan gelap kerongkongan. mengalirlah pelan, nikmati perjalananmu. tubuhku penuh saluran berliku, sempatkan tersesat sejenak. beberapa tempat tak terbayangkan dapat kautemui, aku berharap aku tidak menikmati kau sendiri. kau dan aku dapat berbagi, kemesrasaan, ketidaktahuan, keraguan. kapan akan bosan. bagian mana paling berkesan.
hei asap. jangan sok hebat karena sanggup menghilang tanpa jejak.
sekarang genap. mempertanyakan keseimbangan. mendarat di dasar jurang. yang tidak mengerti diberkati. yang tidak paham tidak tenggelam. yang tidak peduli tidak menggali. baru dua sloki, warnanya sangat jernih.
dia pasrah, sama sekali tidak membantah, dituduh sebagai biang keladi banyak keonaran.
daun telinga sebelum melekat pada ke dua sisi wajah manusia tentu bahagia, tumbuh pada dahan dahan mendekati cahaya, belajar fotosintesa.
lidah lebih indah jika tak harus mendekam dalam rongga mulut manusia. menyala, menari riang, bermain warna, menari, menebar kehangatan, menggambar bayang bayang.
kata kata, boleh berbangga, setelah menghasilkan makna ganda. oh lantai kamar, siapa mengubahku menjadi peracau tak tahu malu.
untuk apa semua ini. bukankah besok pagi aku tidak dibutuhkan lagi. kurancang saat saat terindah adalah abadi, tanpa karat. benarkah manusia butuh semulia logam. sekalipun berharga, sekalipun bernilai, tak pernah semanis permen yang padat sebentar kemudian lumer.
perubahan membosankan. terjadi setiap saat. kalau sakit jangan minum obat. sloki ketiga. untuk merayakan kehidupan, lubang jalan, patah hati. sebatang ranting menatap dari balik jendela, menggelengkan daunnya beberapa kali. tak ada kesendirian di muka bumi.
akal bulus pernah kukira akal seekor kancil, cerdik. ada yang bilang, bulus sejenis kura kura. hingga detik ini, aku belum tahu mana yang salah. karena arakkah, atau sikap kekanakan , mengacuhkan kebenaran. manusia manusia kecil doyan makan, tidak pernah menderita kekenyangan. sloko keempatkah yang bertanya, atau aku yang membosankan, kapankah kesadaran hilang. aku tidak sabar untuk tidak sadar. untuk membosankan, untuk dilupakan, untuk hilang. kau saja memenuhi ruang. kau saja. kau*