Selasa, 05 Agustus 2014

*

terkutuklah televisi. dia benda mati yang membuatku kagum atau muak kepada sesama manusia. dan secara begitu saja, aku terpaksa mengingat dan menyadari, aku sesama manusia. mungkin tak seburuk itu jika kumiliki parabola, hingga dapat kusaksikan tayangan pilihan yang tak mengusik akal atau mengacaukan emosi, macam dunia satwa atau tanaman. lihatlah, gara gara televisi aku terpaksa menulis sebodoh ini. tak apa menyalahkan televisi, cuma benda mati. benda mati tak bisa mati, tak dapat menderita sakit hati.
ah, sebetulnya aku berlebihan, tak semua yang kusaksikan di televisi berdampak buruk. beberapa, sedikit sekali, lumayan menyentuh, setidaknya menghibur. begitulah manusia, wajar saja jika salah.
salah satu dampak terbesar dari menyaksikan tayangan yang salah adalah pandangan dan kesimpulan yang salah. tak apa. alangkah banyaknya kebenaran akan ditemukan dari banyak kesalahan. semua manusia butuh kebenaran, aku menikmati kesalahan.
kujadikan diriku kafir saat mendengar para pemuka agama bicara. kujadikan diriku pandir saat melihat orang pintar bertingkah. menyenangkan sekali merasa berbeda dari rata rata manusia, entah lebih buruk atau baik, pokoknya menyenangkan, memuntahkan kekaguman ke comberan, menelan kemuakan sampai kenyang.
ya begiulah, manusia tak pernah puas, atau puas dengan cara yang salah.
tak ada yang sudi meminta seorang kafir berceramah, tak ada yang butuh menanyakan pendapat seorang kafir tentang apa saja. menjadikan seorang kafir terbebas dari banyak dosa dan khilaf. seorang pandir juga lebih aman dan nyaman menjalani kehidupan, tak ada dapat yang dikerjakan seorang pandiri untuk mengubah apapun. maka seorang pandir tak butuh banyak tingkah, terlepas dari tanggung jawab dan beban untuk memperbaiki keadaan. apapun yang dikerjakan seorang pandir sama sekali tak berarti, yang artinya tak mungkin mengubah keadaan menjadi lebih buruk lagi.
terdengar pesimis dan negatif. bukankah seorang pesimis yang berpikir negatif dapat membuat orag lain terlihat optimis dan berpikir positif. seorang kafir sekaligus pandir tidak punya potensi untuk menjadikan yang lain pantas dipuja atau dihina, dibela atau dikutuk, dicinta atau dibenci, oleh sesama manusia.
seorang kafir, pandir pula, tak berprasangka baik atau buruk tentang segalanya. segalanya, tentang tuhan, kehidupan, kematian, pikiran, kenyataan. ketika menonton tetevisi, seorang kafir yang pandir hanya gemar menonton film anak anak yang tidak mesuk akal. meskipun karena kafir dan pandir pula, ia kadang kadang menyaksikan apa yang menjadikannya pandir dan kafir. tidak apa. televisi benda mati, tak akan merasa risih saat seorang manusia yang menyalakannya kemudian menyalahkannya, pantas saja, begitulah manusia, lebih payah lagi bila manusianya sengaja memilih menjadi kafir dan pandir dengan macam macam alasan tidak masuk akal. akal seorang kafir, pandir pula, tak ada seorang manusiapun bersedia memasukinya.
televisi tidak meledak, tidak terbakar, tidak hancur berantakan, dia kebal, tak mempan kutukan. bahkan menjadi kafir dan pandir saja aku cuma setengah bisa. buktinya televisi baik baik saja. seorang kafir dan pandir sejati pasti sanggup menghancurkan sebuah televisi.
aku tahu aku sangat sangat sangat payah. tak mampu mengubah dunia, malah menyalahkan apa yang telah kunyalakan. yang bukan benda mati silahkan kecewa*