Kamis, 31 Juli 2014

*

bisakah kaurasakan kehampaan ini. tak perlu kaujawab, rasakan saja.
tak inginkah kaugigit lidah. tak perlu kaukerjakan, percaya saja itu bukan berarti tidak bijaksana.
semasa bayi semua manusia melelehkan ludah tanpa kehendak atau niat mengotori wajah, hanya sebab dan alasan yang dikatakan orang dewasa, karena sedang tumbuh gigi atau yang lain. setelah tumbuh dewasa, tak semua manusia mahir meludah, tanpa niat atau kehendak menjaga kebersihan lingkungan.
karena aku hanya dapat menelan ludah. yang mahir meludah tapi tidak meludah sembarangan kukira lebih sopan dan bermartabat ketimbang yang tidak meludah sembarangan karena hanya dapat menelan ludah di mana mana.
adakah kebaikan tidak disengaja. jangan katakan apa apa. aku tak mau mendengar sebab atau alasan. kebenaran tak butuh pembenaran, telan saja, seperti menelan ludah.
bagaimana rasanya ludah, tanyalah pada lidah. saat sedang kumat, tanyalah pada cinta bagaimana rasanya ciuman pertama. kutelan ludah sebelum ada yang sempat berkata, nikmati saja.
kehampaan bukan ruang, bukan uang, bukan orang, bukan setan, apalagi tuhan. bukan. bahkan namanyapun bukan. jadi apa yang kita bicarakan. tak usah berdalih, cinta tak butuh membela diri. cinta lagi, cinta lagi. rasain*