Rabu, 09 Juli 2014

bahasa telaga

bagaimana caranya mengatakan terima kasih keoada manusia manusia yang sedang berkemah. api unggun mereka membuat mataku menyala, dedaunan dan bunga bunga berwarna cerah, tidak kehilangan warna saat matahari pergi. semua tumbuhan dan mahluk warna warni, bukan cuma ilusi. tak ada apapun, sekalipun seterang dan sehangat matahari dapat merampas warna yang bukan miliknya. cahaya tidak memberi warna. kegelapan menghitamkan segala. tapi tak ada gelap yang bertahan lebih dari semalam. menikmati tarian api menjadikan malam makin sebentar. apalagi kudengar bisikan suara suara mengatakan tepianku indah.
kutelan ludah, sekalian kutelan sedikit sampah, sisa kopi  dan puntung sigaret yang mereka lontarkan. tanpa niat membalas jasa, hanya mengerjakan apa yang dapat kukerjakan. kukira begitu yang mereka pahami tentang persahabatan, yang kudengar juga dari suara suara yang membuat wajah manusia merona. mereka akan berjaga hingga pagi, bersamaku, ditemani tarian api, bayangannya melonjak lonjak di wajah kami.
angin bersiul, api terus menari. langit mengedipkan satu matanya. mengejek atau menggoda, tapi tak hendak memalingkan pandangannya dari mataku.
bagaimana caranya mengatakan kepada manusia manusia yang berkemah. api unggun mereka menjernihkan mataku, dapat kulihat langit ternyata sangat narsis, tak berhenti memandangi wajahnya sendiri. kerling matanya seakan berkata, pagi atau malam, mata jernih atau matahari, langit selalu cantik*