Senin, 21 Juli 2014

*

perempuan montok itu seorang ibu yang terburu buru menaiki bis antar kota, bersama anak perempuannya. dandanannya biasa, cenderung buruk. usia anaknya mungkin sekitar sembilan atau sepuluh tahun, rambutnya panjang, tebal, dan hitam, dihiasi bando plastik. dua perempuan, ibu dan anak berdiri berhadapan di tengah bis, menyanyi bergantian, lagunya tidak bagus. singkatnya mereka pengamen yang sedang mengamen di atas bis antar kota. usai menyanyi, si anak menyodorkan sebuah kantong kecil bekas bungkus permen kepada setiap penumpang, berharap setiap penumpang akan menaruh uangnya di dalam kantong bekas pembungkus permen. akhirnya si anak perempuan tiba di bagian paling belakang bis, menyerahkan kantong bekas pembungkus permen kepada ibunya. lantas anak perempuan duduk di tangga teratas pada pintu belakang bis, mengeluarkan sebungkus mie goreng instan yang telah terbuka dari kantong celana pendeknya dan mulai memakan mie goreng instan tanpa dimasak. sesekali ibu dan anak perempuannya bercakap, entah tentang apa.
kualihkan pandangan ke samping kanan, kulihat kedua anakku sedang memandangi ibu dan anak perempuan pengamen, persis sama dengan yang sedang kukerjakan sebelum kualihkan pandang. sesaat kemudian, anakku menoleh ke arahku, mungkin karena merasa aku sedang memandangnya. anak perempuanku balas menatapku, tiba tiba bibirnya bergerak, mengucapkan kata, kasihan, tanpa suara. aku diam. sama sekali diam, tak punya pilihan, lupa cara bicara, bahkan lupa cara menganggukkan kepala.
kutulis ini dengan susah payah, setelah aku putus asa, tak tahu cara mengingat dan memahami apa saja yang pernah kulihat dan kuamati dengan hati hati*