Minggu, 01 Mei 2016

instan

Apa yang dapat dibicarakan, tentang dini hari. Berseri sekaligus perih. Menyadari bahwa seseorang mungkin terluka di luar sana. Dingin dan ngilu.  Kemarin seperti melambaikan tangan, mencoba mengubah wajah sendunya jadi lirik lagu.
Cinta masih terjaga. Suaranya lebih halus dari detak jantung,  bukan siapa siapa, bukan siapa siapa. Jam dinding menyahut,  masih, masih, masih. Ruangan seumpama rahim, pada saatnya melahirkan pesan dan kesan. Tentang rindu, tentang ragu. Seseorang memaksa dirinya untuk sempurna. Tarian asap seirama huruf huruf berloncatan.
Kupu kupu yang lucu, bunga bunga mengangguk. Asbak membaca jejak kehangatann bibirmu pada puntung sigaretku. Bibirmu, bukan bibirku. Akan kufitnah setiap batang sigaretku mengada ada. Kau tak pernah ada. Kau tak pernah ada. Cinta hanya bermimpi, kurentangkan sayap sayapku terlalu dini. Bunga bunga belum ditanam. Taman masih hamparan bebatuan.
Segelas kopi lagi, sedikit tambahan gula, bersulang untuk berkurangnya usia. Instan*