Tak
kusangka, kau sanggup mengaburkan makna kata. Kota dan rumah. Rencana dan angan
angan. Kerinduan dan kehilangan.
Pohon pohon
di halaman diam. Karena tak kenal, apalagi paham, tentang kepalsuan. Dan aku,
kaukembalikan aku jadi murid taman kanak kanak, belum dapat menuliskan sendiri
namaku pada buku buku bergambar. Bapak atau ibu membelikannya untukku, bambi,
pena dan botol tinta, keangkuhan dan kerendahan hati.
Duduk tanpa
bersandar, kuharap dapat membuatku jera menyangkal asam dan pahit asap yang kuhirup
lantas kuhembuskan. Keluarga kucing tidur pulas, damai, menguarkan kehangatan
di setiap sudut. Dinding tegak, warna kusamnya menyiratkan pesan, jangan
cemaskan retak. Langit langit menatapku, memahami, memaklumi. Mungkin sekarang
saatku bermimpi.
“Aku hanya
ingin pulang. Aku hanya ingin pulang.”
Ke dalam
pelukan, kudengar suara redup sinar lampu mengusap mataku, menerangi bisikanku*