Minggu, 19 Oktober 2014

oplosan

kebohongan sama seperti kejujuran, tidak menarik. pembohong menyebalkan, hingga memuakkan. apakah perlu mengetahui fakta serupa itu untuk mengakui bahwa yang tidak menarik, menyebalkan hingga memuakkan telah menjadi jalan untuk mencari kebenaran. hah... perhatikan kalimat sok filosofis yang mungkin dapat terlintas dalam benak seseorang yang sedang kebingungan. apakah kebingungan mengganggu, tidak juga, seandainya kebingungan melanda seorang manusia yang tidak berpengaruh. adakah seorang manusia yang tidak berpengaruh sama sekali. seorang paling hina di bumi sekalipun pasti punya misi, dan lebih bagus lagi, mereka yang hina tak peduli, tak berbangga, tak berkoar tentang misi pribadinya. terlalu banyak misi tidak terlaksana dengan semestinya, mengesankan dunia sudah terpuruk dan manusia manusia terjerumus dalam perasaan sentimentil, bahwa takdir itu getir.
terberkatilah kalian para penderita skizofrenia. tak ada kebohongan berarti tak perlu buang waktu memusingkan kebenaran. tak ada kebingungan, tak ada batas antara fakta dan rekayasa. tidak merasa bersalah, tidak merasa berdosa, ciri ciri seorang suci, macam bayi.
hiduplah para penganggur, pemabuk, palacur, yang paling ancur, yang tak paham tujuan hidup.
terkutuklah orang orang yang memperjuangkan misi dan tujuan hidup pribadi atau kelompoknya. dalam perjuangan pasti ada yang dikorbankan, kata orang bijak. tak ada yang lebih menyedihkan dari pada hidup terkurung dalam dua kemungkinan, keberhasilan dan kegagalan.
hidup bukan pilihan bro, hidup bukan perjuangan cak. hidup cuma nyanyian, sepenggal syair yang diulang ulang, terdengar seperti, ke mana, ke mana, ke mana...atau aku rapopo aku rapopo...atau sakitnya tu di sini...atau oplosan, oplosan, oplosan...dan masih banyak lainnya, yang bikin kita saling pandang, saling senyum sambil geleng geleng kapala, takjub.
sebelum hidup, tak ada kesadaran memilih hidup, kenapa pula setelah hidup mesti membebani diri dengan misi dan tujuan hidup. biar pemberi hidup mengurus segala yang hidup. percaya saja, pemberi hidup tersebut tahu betul apa yang dikerjakannya, kalau tidak toh tak ada yang lain yang bakal lebih tahu, tak ada yang dapat diandalkan, selain yang tak mengandalkan siapa siapa atau apa apa*