Selasa, 19 Februari 2013

dumb.dumb.dumb

Dalam tayangan jeda komersial terbit kebijaksanaan. Maka belajar untuk bersabar, tidak mengganti saluran ketika televisi menyekat kisah selama tiga puluh detik dikalikan sekian kali. Lagipula penting melatih kesehatan otak. Salah satu kalimat bijaknya terngiang di dalam kepalaku yang meluas dari hari ke hari, yang belum juga memasukkanmu ke dalamnya. Menjadi dewasa itu pilihan. Kupilih tidak. Menjadi kanak kanak itu keharusan. Orang orang dewasa merangkai kata kata menjadi kalimat dengan sengaja untuk menyakiti orang lain. Kanak kanak mengucapkan kata kata untuk menyenangkan orang dewasa dan kanak kanak lain. Orang dewasa dan kanak kanak akan menyangkal setiap ucapannya masing masing sebalum dua puluh empat jam, lagi lagi orang dewasa mengerjakannya untuk menyakiti orang dewasa lain, kanak kanak melakukannya demi menyenangkan semua pendengarnya. Kalau memang menjadi dewasa cuma pilihan, aku tidak memilih. Tidak dan tidak. Dan sekali lagi tidak. Lagi lagi tidak. Tidak ada kanak kanak yang sampai hati membuang mainan bututnya. Menjadi kanak kanak bukan pilihan. Cuma kanak kanak yang berlari sambil berteriak di bawah guyuran hujan. Menjadi basah tidak menakutkan*