Rabu, 27 Februari 2013

hawa

Kerinduan patut dirayakan setiap saat. Kalau enggan merayakan kerinduan kita bisa kehilangan ingatan. Menyangka kekasih adalah duri atau polisi. Mengira anak anak adalah serigala atau kepala sekolah. Yang seharusnya tidak pernah pantas berada di dunia.
Tanda tanda menjadi tegar adalah tertawa ketika melihat kedukaan pada wajah wajah di layar kaca. Manusia adalah mahluk luar angkasa yang tersesat di bumi. Yang melupakan jalan lahir. Menggali tanah untuk meletakkan tubuh teman temannya yang telah kaku dan tidak bisa mengganggu.
Setidaknya aku mulai mengerti kenapa manusia manusia masa lampau membangun istana batu. Berdinding kelabu. Meinggalkan kesan dingin dan pilu. Cuma ingin tidak dilupakan di waktu luang. Agar tidak hilang dalam ingatan atau catatan.
Kampret, terompet sama sama cerewat. Tak ada perempuan yang sudi membesarkan keduanya. Perempuan manusia, mahluk luar angkasa tersesat di jalan menuju surga.
Aku dilahirkan oleh sebatang pipa tak berdaya maka berumur panjang dan bahagia. Sama artinya dengan manusia, mahluk luar angkasa tersesat di bumi. Melakukan pekerjaan jorok demi kebersihan, juga kesehatan. Mengupil dan cebok.
Bagaimanapun, kurayakan kerinduan setiap saat. Tanpa enggan, tanpa sungkan. Aku berpakaian, mengusir ketelanjangan yang mengingatku begitu kerap*