Kamis, 21 Februari 2013

midnight summer song

Kebodohan yang agung, ajarilah aku tersenyum dan menangis pada waktu yang salah. Aku mohon, kebodohan yang agung, Jadilah temanku, satu satunya. Aku pinjam mahkotamu, yang tajam juga kusam, aku perlu disembah supaya mengerti alasanku memuja.
Kucing hitam putih sedang sakit perut hingga buang hajat di atas kasur. Kebodohan yang agung ajarilah aku bersyukur telah memberi makan. Setengah jam yang lalu, sebelum kuhirup aroma dari usus kucing hitam putih yang tumpah.
Kebodohan yang agung, apakah bisa menjadi orang dengan menjaga seonggok kecemasan. Tentang bau badan seorang rembulan. Dan dengung dengung mengurung kesepian. Kebodohan yang agung, katakan rahasianya, kenapa aku tunduk pada setumpuk kertas yang sedang berkotbah. Dan keperihan yang tidak berhenti merayuku untuk menjumpainya. Lagi dan lagi.
Kebodohan yang agung aku masih belajar berterima kasih. Sambil menggosok gigi. Setelah bangun pagi. Waktu menyapamu, cermin, cermin, dan menemuinya sedang menggigiti pensil. Puncaknya telah retak, tapi ia tidak menjerit, tidak sekalipun, tidak selirih bunyi setelah nyanyian tidak bersuara.
Kebodohan yang agung menasehatiku agar memotong kuku. Atau hanya lamunanku, atau kesadaran yang tertidur tanpa dengkur. Kebodohan yang agung, ajarilah aku untuk menuruti kerinduanku mencuci baju.
Kucing hitam putih bertemu gerimis baik hati. Kulihat ia berjalan berputar putar sebelum menemui impian*