Kamis, 21 Februari 2013

seperti

Seperti minuman hangat kehabisan uap dan aroma, aku menunggumu mengatakan sesuatu. Seperti selamat malam pada saat menjelang matahari terbit. Dengarkan angin, aku seperti mendengarmu akhirnya mengatakan sesuatu. Dengarkan angin. Kau mungkin salah. Angin tidak bersuara. Itu bunyi gesekan dedaunan. Daun tidak bicara. Aku merasa menghitung bintik bintik merah pada dinding kubus kecil berwarna putih. Yang mungkin baru dilontarkan angin di atas selambar papan permainan. Kau tidak berdusta, aku percaya. Kau hanya tidak tahu kekosongan di sekeliling gelasku. Menjelang pagi matahari mendaki, makin tinggi. Tidak ada tangga. Tidak ada jejak langkah matahari di semua lereng bumi. Tapi matahari mendaki makin tinggi.
Terdengar seperti kata kata yang diucapkan oleh seseorang demi sesuatu yang tidak mematuhi waktu. Seperti tangisan bayi di dalam mimpi sebelum pagi. Matahri makin tinggi. Aku kembali merasa hangat tanpa uap. Menderu jantungku mendengarmu seperti mengatakan sesuatu. Betapa lucu. Aku mengira kau seperti aku, membaca buku berbentuk abu. Angin diam diam bersuara merdu. Daun daun tumbuh menyerupai telingaku. Sepertinya matahari sedang berada di puncak yang tidak mengenal ketinggian, atau tenggelam di tempat tanpa dataran.
Aku seperti memelukmu tidak dalam bahasa manapun*