Senin, 17 September 2012

karena

Dulu aku paling suka berkata, aku cinta kau. Kukatakan sesering mungkin. Sangat melegakan mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan, dengan benar, macam mencintaimu dan mengatakannya kapan dan di manapun.
Lalu ada yang bilang padaku, cinta bukan untuk dikatakan sembarangan, cinta bukan sekedar kata, dan masih banyak kalimat lain yang bikin aku pada akhirnya mulai ragu bahwa cinta harus dikatakan setiap waktu.
Entah.
Aku mencintai kau, sangat. Sangat banyak alasan yang membuatku mencintai kau. Kemudian ada yang merangkai kata kata yang mungkin bijak bahwa cinta yang sungguh seharusnya tak tahu alasan mencintai.
Aku mengernyitkan dahi.
Aku punya sejuta lebih alasan kuat untuk mencintaimu. Tak mungkin bisa kusebutkan samua selama hidupku.
Pertama, aku mencintai kau karena kau selalu beranggapan akulah mahluk terindah di seluruh semesta.
Kedua, aku mencintai kau karena kau selalu percaya aku mahluk terbaik di seluruh semesta.
Ketiga, aku mencintai kau karena kau percaya sepenuhnya bahwa alasan pertama dan keduamu mencintaiku berlaku sebaliknya. Sama persis, tidak kurang atau lebih dengan alasanku mencintai kau, mahluk terindah dan terbaik di seluruh semesta.
Keempat, aku mencintai kau karena kau mempunyai kemampuan sama besar untuk membuatku bahagia dan bersedih, menangis dan tertawa.
Kelima, aku mencintai kau karena kau sangat mahir menciptakan rindu.
Masih banyak sekali, amat sangat banyak, ingin kusebutkan semua, karena menyenangkan mengingatnya.
Kau selalu pura pura lupa ulang tahunku. Kau mengabaikanku. Kau kerap melupakan janjimu. Kau perasa, manja. Kau biarkan kulihat matamu basah. Kau suka sekali menertawakanku dan tertawa bersamaku.
Aku mencintai kau karena tak bisa tak mencintai kau.
Tentu saja tulisanku jadi tak keruan kalau mesti menuliskan alasanku mencintaimu, tak terhitung.
Karena aku mencintai kau. Karena kau kucintai. Karena kurasa kau mencintaiku. Karena...
Aku tak peduli, aku cuma mencintai, kukatakan sepanjang hari.
Aku mencintai kau*