Rabu, 19 September 2012

fals

Ia duduk sendirian di satu sore yang riuh. Berteman para pengkhianat. Bertukar cerita dengan kerlingan mata. Tak ada yang buta di jagad raya. Batu juga tidak buta. Mata telah diciptakan dengan sia sia. Kerlingan demi kerlingan menyanyikan keheningan. Sebuah bangsa berjubah. Segala yang pecah. Kacamata, bejana, meja, alas makan, rapat. Semua ingin istirahat bersamanya yang telah menyusun naskah. Bahasa ibu menghilang. Namun anak anak tetap mengoceh nyaring, belajar menyusun angka angka sesuai tempatnya.
Ia percaya kepada suara suara yang tak menampakkan diri. Sebelum mimpinya mati*