Rabu, 05 November 2014

rolling door



It doesn’t have to be a miracle. You can paint. I can walk*

Kau tahu, aku merasa ini akan sia sia. Kemudian, kesia siaan itu tak akan sia sia. Masih di lingkaran. Kenapa seseorang yang move on dikatakan lebih bijak dan rasional. Aku tidak bertanya kepada siapa siapa. I’ll stay forever, itu saja. Tidak puas, silahkan ke toko sebelah.

Aku juga bisa menggambar, meskipun kau selalu menertawakan gambar gambarku, kekanakan.  Bagaimana rasa kopi favoritmu. Aku tidak menyesal karena belum sempat bertanya padamu, tak pernah. Hanya menyeduh kopi menurut kehendakku. Tidak masalah bagimu. Apapun yang kubuat, pasti menyenangkan. 

Orang orang berkata aku bodoh. Aku berkata aku sangat bodoh. Sekali lagi, tidak masalah bagimu.
Memangnya kau siapa, dinding ajaib. Itu jauh lebih menyenangkan ketimbang cermin, sekalipun sama sama ajaib. Jadilah dinding, aku akan melukis, sambil memandangmu, menghabiskan waktu yang tak pernah habis.

Kopinya terlalu manis, sengaja kububuhkan banyak gula. Tidak masalah kan. Sudahlah, biarkan raja, ratu, perdana mentri, mengurus benteng, kuda, dan prajuritnya sendiri. Aku jenuh, kotak kotak hitam putih, perang, saling menggulingkan. Aku berkata aku sangat bodoh, pasti segera menyerah. Lebih baik kalah, mengalah, dari pada salah langkah.  Jangan dihitung, atau kau akan segera jatuh tertidur.

Saatnya berkata, aku telah jatuh cinta. Menjadi tua tanpa dewasa. Sst, kututup mataku, supaya kau bisa menciumnya. Sekarang*