Saat hidupku
tinggal sehari. Maukah kau bergegas datang untuk memberiku pijatan refleksi. Ya,
menekankan jari jarimu pada telapak kakiku. Aku mesti sehat sesaat sebelum
tamat. Tak kuminta tambahan waktu semenitpun, tak juga sedetik. Kau yang harus terburu
buru, berlomba dengan waktu, untuk memenangkan senyumanku*