Seperti aku,
kau malu malu menemukan seraut wajah sedang tersipu menatapmu.
Cermin.
Bukan, tapi bayang, pantulan. Jika tak terlihat namaku gema. Ada dari ada, tapi
aku sesungguhnya tak pernah ada.
Kau ada,
hanya karena aku ada.
Maka
berpalinglah, biar kunikmati kehilangan jika benar benar ada yang hilang saat
kau tiada.
Bagaimana
dapat kulihat tiada yang hilang saat kupalingkan wajah.
Pandanglah
tidak dengan mata. Atau pecahkan saja.
Prang. Atas
nama keraguan.
Serpihan
mata lebih cemerlang. Dia mendengar kesunyian. Dia menemukan kehilangan.
Apakah dia
menemukan teman, selain tuhan.
Dia
menemukan lantainya berantakan. Kereta api. Bis. Kapal laut. Pasawat terbang.
Roket. Mobil. Keledai. Singa. Burung kakak tua. Ikan.
Ah,
sudahlah. Kau lelah.
Kalau kau
menyerah, aku kalah.
Bagaimana
bisa, matamu telah pecah.
Begitu pula
seraut wajah*