Minggu, 23 November 2014

prang



Seperti aku, kau malu malu menemukan seraut wajah sedang tersipu menatapmu.
Cermin. Bukan, tapi bayang, pantulan. Jika tak terlihat namaku gema. Ada dari ada, tapi aku sesungguhnya tak pernah ada.
Kau ada, hanya karena aku ada.
Maka berpalinglah, biar kunikmati kehilangan jika benar benar ada yang hilang saat kau tiada.
Bagaimana dapat kulihat tiada yang hilang saat kupalingkan wajah.
Pandanglah tidak dengan mata. Atau pecahkan saja.
Prang. Atas nama keraguan.
Serpihan mata lebih cemerlang. Dia mendengar kesunyian. Dia menemukan kehilangan.
Apakah dia menemukan teman, selain tuhan.
Dia menemukan lantainya berantakan. Kereta api. Bis. Kapal laut. Pasawat terbang. Roket. Mobil. Keledai. Singa. Burung kakak tua. Ikan.
Ah, sudahlah. Kau lelah.
Kalau kau menyerah, aku kalah.
Bagaimana bisa, matamu telah pecah.
Begitu pula seraut wajah*