Jam empat
pagi, masih bimbang tentang jalan. Sambil duduk bersila di atas kursi. Tidakkah
terlihat ironis. Menyilangkan kedua kaki. Jika kelamaan akan kesemutan. Kenapa dinamai
kesemutan, padahal tak ada semut seekorpun mendapatkan peran. Rasanya menggairahkan,
getaran tajam menyerang tungkai dan telapak kaki. Menusuk, menggelitik, setelah
beberapa waktu mencoba mencari kata atau frasa yang tepat untuk menjelaskan
pengalaman spiritual, akhirnya menemukan. Kesemutan setara dengan pengalaman
spiritual. Paling tidak keduanya dapat dirasakan sebagai akibat dari duduk
bersila terlalu lama.
Jam empat
pagi menatap sepasang mata, putus asa bercampur lega. Baik baik saja segalanya.
Jam berikutnya sudah dekat, hampir tiba untuk menggantikan tempatnya, jarum
penunjuk detik masih berputar, berpindah tempat dengan riang. dari titik ke
titik, angka ke angka. Menggoda dengan sengaja. Mengajak bermain seekor kucing
yang sedang duduk menghadap dinding, penuh minat mengamati seekor cicak yang
entah sedang apa. Tak ada yang tahu seekor cicak hendak ke mana pada jam lima*