Rabu, 12 November 2014

i will



Who knows how long I've loved you 
You know I love you still
Will I wait a lonely lifetime
If you want me to, I will

For if I ever saw you
I didn't catch your name
But it never really mattered
I will always feel the same

Love you forever and forever
Love you with all my heart
Love you whenever we're together
Love you when we're apart

And when at last I find you
Your song will fill the air
Sing it loud so I can hear you
Make it easy to be near you
For the things you do endear you to me
Oh, you know I will
I will

Sebuah lagu. Satu lagu dari banyak lagu. Kunyanyikan untukmu. Kau harus mendengarnya, lagunya indah, entah suaraku. Kau tahu aku tak peduli apapun. Bernyanyi untukmu membuatku merasa cukup. Kau merasa terganggu. Mestinya begitu. Aku tak keberatan sedikitpun. Kau merasa terganggu dengan nyanyianku, artinya kau mendengarkan laguku.
Mencintaimu selamanya dan selamanya
Mencintaimu dengan segenap hatiku
Mencintaimu kapanpun kita bersama
Mencintaimu ketika kita terpisah
Terjemahanku tidak seindah lagunya. Sederhana, apa adanya. Kau tahu, untuk ini aku telah siap ditertawakan seluruh dunia. Kuharap kau ikut tertawa. Kalau kau tertawa, aku akan tak berdaya. Tak dapat menahan tawa, tak sanggup menghentikan air mata. Tertawa sambil menitikkan air mata, tidakkah terasa sama dengan matahari terbit dan matahari terbenam yang terjadi bersamaan. Seolah olah ada dua matahari sedang berjumpa pada sebuah langit penuh warna. Keduanya sedang merona wajahnya, saling pandang menjelang datang dan sebelum hilang. Alangkah tak terduga, fajar berjumpa senja di angkasa. Seolah olah tak sengaja dan salah arah, serupa pernikahan kita*