Dia menulis
untuk seseorang, yang mau membaca dengan baik. Seseorang yang membaca dengan
baik dapat membaca banyak kisah dalam sebuah cerita. Suatu hari kelak dia
hendak mendengar seseorang menceritakan sebagian dari banyak kisah yang terbaca dari
satu cerita. Agar dia menuliskan kembali untuk seseorang yang mau membaca
dengan baik beberapa cerita yang dapat ditulisnya setelah seseorang menceritakan
banyak kisah yang didapat dari membaca dengan baik sebuah cerita.
Sesorang
yang menulis untuk dia yang mau membaca dengan baik tidak membutuhkan yang lain
saat menulis atau membaca, selain kata kata sederhana untuk menyusun sebuah
kalimat sederhana untuk mengakhiri cerita. Sayangnya, seseorang yang menulis
dan dia yang membaca dengan baik tak sampai hati untuk menghentikan kisah
kisahnya. Seperti seorang ibu tak sampai hati merenggut kenyamanan dari anak
anaknya, seperti seorang nenek tak jenuh jenuh memenuhi keinginan cucunya.
Ibu atau nenek itu terus mendongeng, seolah tak kenal lelah. Ibu atau nenek sebenarnya sedang kehilangan kendali, tak mampu membendung hasrat kerinduannya sendiri. Kenangan manis, kasih
sayang, harapan indah, mengalir deras, dari jantung ke sekujur tubuh. Kasat
mata tapi nyata, serupa udara memenuhi ruang sekaligus ada di mana mana. Menyelubungi
mata anak anak yang menatap penuh minat sambil menggenggam bola dunia. Cerita cerita
ibu atau nenek membesarkan mata dan hati anak anak. Dunia menjadi si kecil, lugu,
manja, periang dan bersemangat di mata hati semesta ketika membelalak selebar
mata anak anak saat dibacakan cerita. Dunia si kecil, hanya dihuni oleh dua
orang yang saling menyayangi, seorang anak yang mengenang ibunya dan seorang
ibu yang teringat anaknya*
Satu satunya
kata ‘shawm’ dalam Al Quran berkaitan dengan kisah seorang perempuan suci yang
melahirkan Nabi Isa AS - Maryam. (Jalaluddin Rakhmat; Kompas, Desember 1998)