Tak ada
lampu dalam kamar itu. Cukup diterangi matahari saat pagi, biar dipeluk gelap
saat malam. Wajah wajah dalam selembar
kertas adalah wajah wajah yang mampu mengacuhkan kegelisahan. Kapan. Kau tersenyum menanti kilat kecil
datang. Siapa yang membidikmu. Kau dan
dia telah abadi. Ingatkah kau, naluri insani, ingin abadi. Selamat menikmati kesejukan
bening sepanjang hari. Serupa embun beku mendekap senyuman, melekat arat, tak
ada jarak, tak ada bayang bayang. Kenangan mengenal jalan pulang.
Selamat pagi
ayah, selamat menikmati serealmu. Maaf aku mengatakannya seperti biasa. Aku merasa
kau belum lupa caraku bicara. Aku masih sama, masih ingat kau mahir menanam dan
belum kutanam. Aku tersenyum menemukan
senyumku abadi bersama senyummu di atas meja. Sebelum beranjak kusapa kaca, selamat malam
penjaga senyuman*