Kamis, 16 April 2015

empiris

Pematang sawah pasti lupa, betapa gerimis terburu buru jatuh, betapa usil dan licin lumpur. Setelah terpeleset, terjatuh untuk yang ke dua kali, kuingatkan diri. Semua dapat lupa atau lalai tanpa sengaja, juga pematang sawah, boleh lupa atau lalai menjadi jalan yang benar. Tak apa aku terlihat kacau, mirip kerbau, dari mata kaki sampai pinggang belepotan lumpur.
Hujan menderas. Rupanya hujan menyesal, berniat menghapus jejak kesalahan. Aku segera kembali bersih. Agar tak terpeleset sekali lagi, kepada pematang sawah kukatakan,”Sekarang aku akan jalan pelan pelan.”
Untuk hujan, kerena lebat dan bersuara riuh, kuteriakkan,”Sudahlah, aku basah, tapi kau tak bersalah.” Setelah mendengarku, semoga hujan dapat meredakan diri secepatnya*