Selasa, 31 Maret 2015

silent night

Kanak kanak itu menyentuh salju yang tersangkut pada sebatang pohon cemara, berseru girang,”Hi…dingin!” Sesaat kemudian matanya bertemu pandang dengan wajah seorang malaikat dalam permukaan sebutir bola kuning keemasan, Wajah malaikat seperti wajahnya, sama kanak kanak, ia tersenyum dan berbisik,”Hei…ayo terbang.” Kanak kanak tertawa kecil melihat malaikat mengepakkan sepasang lengannya. 
Tiba tiba tawa kecil kanak kanak teredam, sepasang tangan menangkap sayap sayap malaikat. Kanak kanak diam, merapatkan kedua lengannya pada tubuhnya, mendengar seorang dewasa bicara padanya,”Hati hati, jangan dekat dekat, nanti pohon natalnya rusak.” Kanak kanak menundukkan kepala, enggan menatap wajah malaikat.
Setelah orang dewasa berlalu dari dekatnya, kanak kanak melangkah mundur, malu malu, beringsut menjauh dari pohon cemara cemaraan, diam diam meninggalkan suara suara riang gembira, menghindari kehangatan lagu dan lampu. Di sebuah sudut remang di luar ruang, kanak kanak duduk sendirian, memeluk lututnya, berbicara tanpa suara,”Tuhan yang baik, selamat ulang tahun, maaf aku tak punya hadiah untukmu. Tapi, aku menulis surat, nanti setelah semua orang tidur, kalau sempat, aku sangat ingin kaubaca suratku."
*