Minggu, 22 Maret 2015

puzzle

Kenapa warung warung favorit kita selalu cepat menghilang? Ini seperti cerita misteri yang sungguh sungguh terjadi. Warung warung yang menyediakan tempat nyaman, menu nikmat dengan harga murah. Satu, dua, atau tiga kali, kita makan di sana, sambil ngobrol, diakhiri dengan bicara panjang lebar sambil menikmati beberapa batang kretek atau sigaret, setelah sendawa seluas dunia, terasa lebih dari cukup. Tak lama kemudian, hanya beberapa hari, kita lewat di jalan sama yang serasa berbeda. Keajaiban terjadi lagi, warung tersebut tutup, pindah tempat atau entah apa dan bagaimana, tak dapat kita temukan. Dan misteri ini terjadi lebih dari tiga kali.
Siapa sih sebenarnya kita? Kenapa? Kasihan manusia lain yang juga pelangan dan penggemar warung warung yang kita sukai. Tentang ini, aku tak berani, mungkin pula tak sanggup mengemukakan pendapat logis. Teramat banyak warung di sepanjang jalan, tapi sengaja atau tidak sengaja kau menemukan tempat ternyaman, makanan paling nikmat, harga terhemat, sayang sekali hanya dalam waktu singkat segera lenyap.
Kau memutar balik arah motor, khawatir warungnya terlewat tanpa terlihat. Dua kali kita bolak balik di jalan yang sama, memusatkan perhatian dan menajamkan ingatan, untuk memastikan warung itu benar benar tak lagi ada. Kemudian mau tak mau mesti percaya, bahwa sekali lagi misteri itu terjadi. Yang sudah terjadi ya terjadi. Satu satunya yang dapat dilakukan adalah mencari lagi, warung pengganti. Kita lelah, lapar dan perlu tempat untuk bertukar pendapat tentang warung ideal yang kembali menghilang.
Lain kali, sebaiknya kita menahan diri, menyimpan baik baik rasa nikmat dan kepuasan setelah singgah dan menikmati hidangan pada sebuah warung ideal. Tentu ada banyak standar dan syarat agar sebuah warung layak diberi gelar ideal, berbeda pada setiap orang. Biar saja, urusan dan standar orang, cukup ideal menurut selera kita saja. Ya, lain kali, kita tak perlu menunjukkan kegembiraan berlebihan saat mendapatkan rasa kenyang lahir batin dengan harga ekonomis. Diam diam saja. Atau jangan berharap menikmati apapun, sekalipun sungguh sungguh nikmat lebih dari tiga kali.
Ini penting. Mungkin warung warung ideal memang lebih baik hilang dari pada kita kehilangan kejutan. Rasa nikmat dapat datang setiap saat, dalam petualangan atau kenangan, bahkan ketika kita salah jalan, kepanasan atau kehujanan, kehausan sekaligus kelaparan. Rasa nikmat dapat menjalar, lebih panjang dari perjalanan. Tapi kejutan tidak. Kejutan datang dan hilang tanpa rencana, tak disangka sangka. Seperti saat kau mendadak mengerem motor tanpa sebab, selain alasan tak bermutu. Hanya demi kaudapat kesempatan mengatakan komentar norak, Hmm…enak.., saat dadaku merapat di punggungmu dan tanganku bergerak spontan memelukmu erat erat. Sebesar apapun kedongkolanku, kejutanmu tak pernah gagal mengalahkan rasa nikmat.
Seperti kejutan, hilangnya warung warung ideal, berhasil menumbuhkan motivasi tingkat tinggi sekali lagi hingga tak terhitung kali, untuk kita kembali berjuang. Mencari tanpa henti warung ideal yang lain. Demi memenuhi kebutuhan jiwa dan raga, kita tak boleh jera, tak boleh patah semangat, tetap menjaga keyakinan, bahwa masih ada warung ideal lain di muka bumi, asal kita ikhlas kehilangan yang lama yang tak lagi ada, dan mau berusaha menemukan yang sesuai harapan dan kata hati.
Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan warung warung favorit kita. Warung warung tersebut benar benar pantas disebut warung ideal. Keberadaannya menyediakan nikmat, ketiadaannya mendatangkan hikmah. Setelah misteri terulang ke sekian kali, saat menikmati hidangan  dalam suasana yang bikin kita merasa kenyang sekaligus saling sayang, kita sulit lupa diri. Dalam hati dan pikir mudah sekali teringat betapa tak ternilai harganya, anugrah terindah, hadiah tak terduga, kejutan tak disangka, petualangan, kenangan, angan angan. Tak harus menjadi seorang militan, menggalang dana dan massa, menebarkan slogan, menggugah kesadaran dan meyakinkan setiap orang, agar ikut serta dalam keprihatinan mewujudkan gerakan #save warung warung ideal. Cukup kita, kau dan aku, bersama, kau atau aku saja, menikmati makanan yang dipilih dan telah dihidangkan sesuai pesanan, tanpa paksaan, sepenuh hati, lantas sesekali cekikikan sambil ngudud dan ngopi, saat kau dan aku berdiskusi.
Lain kali mampir sini lagi, atau  cari yang lain.
Kalau bisa ke sini lagi. Murah. Sambelnya enak, nasinya kaya beras wulung.
Sudah berapa kali kita makan di sini.
Hmm, seingatku sudah tiga kali.
Ya, siap siap aja.
Wah…siap siap gimana.
Sudah biasa kan.
Haa…Bukan biasa. Luar biasa.
Selain ideal, warungnya boleh kita sebut pahlawan. Gugur satu tumbuh seribu. Tidak masuk akal, murah, sedap, nyaman. Warung warung tersebut uniknya juga kerap bernama sama, nama warung kebanyakan yang bertebaran sepanjang jalan di mana mana, lesehan, lumayan, sederhana, barokah, kita, anda, bu sri, kadang kadang tak bernama. Mirip pahlawan. Kita bisa berziarah sambil makan, seperti di taman. Taman apa saja. Tempat nyaman di mana kita bebas tertawa sampai berlinang air mata. Berbincang mesra sambil mengheningkan cipta*