Berjagalah sepanjang
malam, setidaknya jangan kausia siakan seluruh waktu malammu dengan memejamkan
mata. Tak guna menanti mimpi indah ketika malam sedang menunjukkan kenyataan
menakjubkan. Pada malam hari segenap semesta sedang bersuka hati, memamerkan
kekayaannya yang tersembunyi. Ya kekayaan yang tak akan dapat kaumiliki di
siang hari, tak peduli sekeras apapun kau berkerja untuk mendapatkannya. Kekayaan
yang tak terbeli, namun boleh kaunikmati sepuas hati jika kau sanggup bertahan
dari deraan rasa letih dan kantuk di malam hari. Tengoklah ke atas, sebutir
mutiara paling sempurna berpendar di sana, di sekelilingnya ribuan permata
bermacam karat dan ukuran sedang berlomba memancarkan kilaunya. Bukan hanya
angkasa. Kalau kau mau sedikit bersusah payah memanjat, naik ke tempat lebih
tinggi lantas mengamati yang terhampar seluas pandangan. Akan kaulihat dunia
yang sangat berbeda dengan dunia yang kautempati saat siang hari. Dunia malam
bertabur cahaya, seperti juga langit, rupa rupa bentuk dan ukurannya, aneka
warna sinarnya, semuanya berkelip kelip riang. Tidak macam siang, kota seakan
akan tanpa cela di malam hari. Gubuk dan istana, tempat kumuh dan megah,
pembuangan sampah dan taman kota, semua tampak setupa dari tempat kau berada,
sama sama memancarkan cahaya. Segala yang padam dan terasa kejam di siang hari,
menyala terang dan menyapa ramah di malam hari. Keindahan malam begitu nyata,
bukan mimpi di siang bolong. Kesunyian, keheningan, ketenangan, mengisi setiap
kekosongan yang kaukira telah dipenuhi kesepian dan harapan tak bertepi. Kau dapat
mendengar hela nafasmu sendiri, detak jam dan jantungmu ternyata seirama dan
bersahutan, persis nyanyian katak sehabis hujan, tidak merdu tapi menyenangkan,
seperti percakapan dua orang yang saling mengerti*
Untuk apa
menghabiskan waktu mengingkari kegelapan. Menerbangkan angan angan memang lebih
mudah ketimbang menerbangkan layang layang. Kau sudah terlalu tua untuk
begadang. Sayangilah usia, kesehatan sangat mahal. Malam tidak menyingkirkan
kekecewaan, tidak menghapus kepedihan, hanya menutupi atau mengalihkan
perhatianmu dari setiap luka dan memar, kalau tidak dengan kegelapan, pasti
dengan kelap kelip cahaya di kejauhan. Mendekatlah, menyerahlah, kepada hasrat
dan kehendak alami dirimu sendiri. Hanya pengecut yang tak dapat tidur karena
takut bermimpi buruk. Kau hanya manusia dan sekarang masih menghuni dunia. Selayaknya
bila lelah dan tidak sempuna. Bagaimanapun kesegaran, kehangatan dan terang
yang sebenarnya, terbentang sejak terbut hingga terbenamnnya matahari. Segenap kehidupan
akan berlanjut meskipun tak ada bulan purnama dan tak terbit satupun bintang di
malam hari. Namun, dunia seketika tamat jika kehilangan matahari. Jangan hanya
berkhayal, belajar lebih bermanfaat. Kalau kau cukup istirahat di malam hari,
tentu dapat kaunikmati keriangan pagi, derap kaki dan celotehan anak anak menuju
sekolah, suara suara pekerja siap memperjuangkan nasibnya. Aroma sedap sarapan
berputar di udara, kokok ayam jantan, kicau burung burung, bau harum cucian
yang baru dijemur. Semua begitu nyata, baik baik saja seperti hari hari lalu. Pagi
ini, sekali lagi telah melalui kegelapan dan kesunyian malam dengan selamat. Tak
ada yang kurang. Seorang atau beberapa anak mungkin menangis dengan suara
nyaring, setelah terjatuh karena berlari kelewat bersemangat. Tak akan lama
kesedihannya, segera saja, ada yang mendekat untuk menghibur dan mengobati luka
atau memarnya. Meskipun perih, segalanya akan baik baik saja. Tangis si anak terhenti
ketika pandang matanya menemukan seekor capung terbang melintas di dekatnya,
kemudian hinggap pada sebatang ranting. Seekor kupu kupu telah lebih dulu
berada pada sekuntum kembang kecil di dekat ranting. Capung dan kupu kupu
bertengger berhadapan, bersama sama mengepakkan sayapnya. Kepakan sayap capung
dan kupu kupu tidak selaras, seolah keduanya beradu cepat melontarkan kalimat dalam isyarat kepakan sayap, bertukar cerita lucu tentang keusilan sebutir batu
yang menyebabkan seorang anak tejatuh*