Rabu, 11 Maret 2015

kesan dan pesan dua ekor lampu

Berjagalah sepanjang malam, setidaknya jangan kausia siakan seluruh waktu malammu dengan memejamkan mata. Tak guna menanti mimpi indah ketika malam sedang menunjukkan kenyataan menakjubkan. Pada malam hari segenap semesta sedang bersuka hati, memamerkan kekayaannya yang tersembunyi. Ya kekayaan yang tak akan dapat kaumiliki di siang hari, tak peduli sekeras apapun kau berkerja untuk mendapatkannya. Kekayaan yang tak terbeli, namun boleh kaunikmati sepuas hati jika kau sanggup bertahan dari deraan rasa letih dan kantuk di malam hari. Tengoklah ke atas, sebutir mutiara paling sempurna berpendar di sana, di sekelilingnya ribuan permata bermacam karat dan ukuran sedang berlomba memancarkan kilaunya. Bukan hanya angkasa. Kalau kau mau sedikit bersusah payah memanjat, naik ke tempat lebih tinggi lantas mengamati yang terhampar seluas pandangan. Akan kaulihat dunia yang sangat berbeda dengan dunia yang kautempati saat siang hari. Dunia malam bertabur cahaya, seperti juga langit, rupa rupa bentuk dan ukurannya, aneka warna sinarnya, semuanya berkelip kelip riang. Tidak macam siang, kota seakan akan tanpa cela di malam hari. Gubuk dan istana, tempat kumuh dan megah, pembuangan sampah dan taman kota, semua tampak setupa dari tempat kau berada, sama sama memancarkan cahaya. Segala yang padam dan terasa kejam di siang hari, menyala terang dan menyapa ramah di malam hari. Keindahan malam begitu nyata, bukan mimpi di siang bolong. Kesunyian, keheningan, ketenangan, mengisi setiap kekosongan yang kaukira telah dipenuhi kesepian dan harapan tak bertepi. Kau dapat mendengar hela nafasmu sendiri, detak jam dan jantungmu ternyata seirama dan bersahutan, persis nyanyian katak sehabis hujan, tidak merdu tapi menyenangkan, seperti percakapan dua orang yang saling mengerti*


Untuk apa menghabiskan waktu mengingkari kegelapan. Menerbangkan angan angan memang lebih mudah ketimbang menerbangkan layang layang. Kau sudah terlalu tua untuk begadang. Sayangilah usia, kesehatan sangat mahal. Malam tidak menyingkirkan kekecewaan, tidak menghapus kepedihan, hanya menutupi atau mengalihkan perhatianmu dari setiap luka dan memar, kalau tidak dengan kegelapan, pasti dengan kelap kelip cahaya di kejauhan. Mendekatlah, menyerahlah, kepada hasrat dan kehendak alami dirimu sendiri. Hanya pengecut yang tak dapat tidur karena takut bermimpi buruk. Kau hanya manusia dan sekarang masih menghuni dunia. Selayaknya bila lelah dan tidak sempuna. Bagaimanapun kesegaran, kehangatan dan terang yang sebenarnya, terbentang sejak terbut hingga terbenamnnya matahari. Segenap kehidupan akan berlanjut meskipun tak ada bulan purnama dan tak terbit satupun bintang di malam hari. Namun, dunia seketika tamat jika kehilangan matahari. Jangan hanya berkhayal, belajar lebih bermanfaat. Kalau kau cukup istirahat di malam hari, tentu dapat kaunikmati keriangan pagi, derap kaki dan celotehan anak anak menuju sekolah, suara suara pekerja siap memperjuangkan nasibnya. Aroma sedap sarapan berputar di udara, kokok ayam jantan, kicau burung burung, bau harum cucian yang baru dijemur. Semua begitu nyata, baik baik saja seperti hari hari lalu. Pagi ini, sekali lagi telah melalui kegelapan dan kesunyian malam dengan selamat. Tak ada yang kurang. Seorang atau beberapa anak mungkin menangis dengan suara nyaring, setelah terjatuh karena berlari kelewat bersemangat. Tak akan lama kesedihannya, segera saja, ada yang mendekat untuk menghibur dan mengobati luka atau memarnya. Meskipun perih, segalanya akan baik baik saja. Tangis si anak terhenti ketika pandang matanya menemukan seekor capung terbang melintas di dekatnya, kemudian hinggap pada sebatang ranting. Seekor kupu kupu telah lebih dulu berada pada sekuntum kembang kecil di dekat ranting. Capung dan kupu kupu bertengger berhadapan, bersama sama mengepakkan sayapnya. Kepakan sayap capung dan kupu kupu tidak selaras, seolah keduanya beradu cepat melontarkan kalimat dalam isyarat kepakan sayap, bertukar cerita lucu tentang keusilan sebutir batu yang menyebabkan seorang anak tejatuh*