Kata bulan
kepada siang yang kehilangan terang,”Bumi hanya satu, diciptakan hanya untukku.”
Matahari berbisik
dalam kegelapan,”Berapa juta bintang terbit pada satu malam.”
Semua bersuara demi
sebutir bumi yang mengacuhkan rumus sekaligus ramalan. Bumi yang asyik bermain ranting, tak peduli siang atau
malam, ranting ranting menggelitik angin.
Anak anak
manusia berlarian sambil tertawa, beberapa dari mereka rela mengantri, sebagian
lagi berebut menaiki tangga besi untuk dapat duduk di puncaknya sesaat, hanya
sesaat, kemudian meluncur turun pada sebuah papan, tak penting plastik atau
logam, semakin curam dan licin anak anak manusia berteriak semakin lantang dan
riang.
Ah sudahlah,
hujan adalah hujan, tak ada kaitan antara hujan dan air mata kerinduan.
Dan, tuhan,
hantu dan hutan, hanya lima huruf yang sedang bertukar tempat. Sebatang pohon
lanjut usia tak berkedip memandangi sekelompok anak anak bermain ular
naga*