Jumat, 11 Maret 2016

piringan hitam



Semua lukaku sebatas kata kata, pelan pelan kaukunyah, kenyal dan kian hambar. Lantas sesekali kautiup hingga menggelembung, sesaat kemudian meletus bersama decak lidahmu. Aku tersenyum, teringat permen karet kegemaranku. Bukan karena ikut ikutan tren atau gara gara meniru seorang tokoh yang sedang populer. Aku memang suka permen karet sejak kecil. Sejak permen karet masih terlarang untuk anak seumurku. Sering kali kupandangi dengan sepenuh hati anak anak yang sedang asyik mengunyah permen karet. Bahkan aromanya bikin aku terpesona.
Sungguh aneh mengingat sesuatu dengan tiba tiba, kemudian berhasrat menulis. Kutujukan kepada waktu. Aku tak menulis untukmu atau untukku lagi. Tapi, untuk waktu. Karena waktu mengubahku dan mengubahmu.
Kau meludahkan kesembuhanku, di sembarang tempat. Macam remaja gegabah yang sedang beranjak, siap memberontak. Aku hampir meledak sebelum sempat kupilih benar mana yang lebih layak, menangis atau tertawa. Bagaimana kau begitu yakin tentang aku. Kesembuhan itu tak ada baiknya. Aku dapat berlari kencang tanpa hati hati, terjatuh dan terluka lagi. Apakah kau mengerti betapa kebenaran lebih memuakkan dibanding kesalahan.
Seingatku sudah pernah kutulis, waktu gemar membodohi dirinya sendiri. Mengapa belum cukup, aku tak suka mengulang, tak ingin kau bosan. Tapi waktu, membuatku menjadi tak nyaman dengan diriku dan mencemaskan ketidaknyamanmu pada diriku.
Aku tak suka caramu mengendalikanmu. Suatu hari, aku pasti bebas darimu. Tak mudah, sementara ini aku mau tak mau pura pura patuh, dengan tersenyum, nikmati saja air mata dan gelak tawaku. Tak akan lama. Tak akan lama, kau tak akan menemukanku menghiburmu lagi. Bila kau sungguh dapat mengendalikan segalanya, sebaiknya kau mulai belajar mengendalikan dirimu sendiri saja. Seandainya kau mengerti betapa sia sia membodohi diri sendiri.
Kelak suatu hari, ketika tak ada waktu lagi, akan kutulis sesuatu yang baru, untukmu dan untukku, bisa jadi seluas angkasa atau lebih, kata kata tak terbatas makna. Saat itu, kau dan aku tiba tiba lupa pernah ada waktu di antara kita*