Jumat, 11 Maret 2016

kau,



Segelas air jernih yang menungguku seusai berlari. Tak pernah kausia siakan dahagaku. Kau membasuhku pada bagian yang tak tersentuh, menciptakan kesejukan di dalam, menikmati kelegaan setiap tegukmu kutelan. Kenapa baru sekarang tanyaku terbit, setelah tak lagi sanggup kuhitung, atau tak mungkin dapat kuingat, berapa gelasmu kuhabiskan dan berapa kali pelarianku kaunantikan*