Segelas air
jernih yang menungguku seusai berlari. Tak pernah kausia siakan dahagaku. Kau membasuhku
pada bagian yang tak tersentuh, menciptakan kesejukan di dalam, menikmati kelegaan
setiap tegukmu kutelan. Kenapa baru sekarang tanyaku terbit, setelah tak lagi sanggup
kuhitung, atau tak mungkin dapat kuingat, berapa gelasmu kuhabiskan dan berapa kali
pelarianku kaunantikan*