Sekarang,
aku hanya ingin menjadi puisi, yang kautuliskan dan kaubaca berulang kali.
Sempurna atau
setengah jadi, gelap atau terang, keruh atau jernih. Asal kautulis dan kaubaca
dengan sepenuh hati. Berulang kali seperti pertama kali.
Biarkan aku
jadi puisi, untukmu dan untuk setiap kata yang menemukan bahasanya sendiri. Puisi yang tak peduli. Puisi yang tak mau
tahu, tentang segala yang semestinya ia tahu, hanya untuk tahu, bahwa puisi tak
tahu cara menulis dan membaca dirinya sendiri*