Percakapan kita
selalu semrawut, mirip benang kusut. Artinya setiap orang normal akan merasa
tergoda untuk menguraikannnya atau meluruskannya. Menguraikan benang butuh
konsentrasi, ketekunan, juga kesabaran berkali lipat ketimbang meluruskan baju
kusut. Begitulah, kusetarakan masalah seluruh umat manusia dengan baju kusut,
dan obrolan kita dengan benang kusut.
Berlebihan? Jika
tidak, malah kekurangan.
Entah dari
mana idenya, aku lupa. Aku mengarang atau mengingat pendepat seseorang. Tentang
permainan menggunakan jari tangan, kenapa Cuma tiga jari mendapat peran. Ibu jari,
telunjuk, kelingking. Kasihan jari tengah dan jari manis, tidak diajak bermain.
Singkat cerita,
kukatakan padamu, versi baru. Ibu jari, telunjuk dan kelingking tetap pada
perannya masing masing, gajah, manusia dan semut. Jari manis bisa jadi macan,
lebih simple dikatakan dan dituliskan dari harimau. Jari tengah jadi petir. Kau
menyimak, sesaat kemudian kautanyakan aturan mainnya. Untuk jari manis yang
jadi macan, ada aturan panjang dan sedikit lebih rumit dari pada yang telah
ada. Tak akan kutuliskan, karena, sebenarnya sekarang aku sudah lupa.
Kau tertawa
keras, setelah kuberitahu aturan main yang berlaku untuk jari tengah, si petir.
Semua jari harus dikalahkan petir, tapi hanya boleh digunakan sekali. Berikutnya
giliran lawan main yang boleh memakai jari tengah alias petir unuk mengalahkan
siapa saja yang pada permainan sebelumnya telah menggunakan petir untuk
memenangkan permainan.
Kau tertawa,
hingga aku menyerah, ikut tertawa, lebih keras dan berantakan. Beberapa tetes
liur berhasil menghiasi bagian bawah wajahku, akibat tawa yang berlebihan. Jorok
dan konyol, seperti manusia manusia yang selalu mengepung langkah kita di mana
mana.
Benarkah kau
jatuh cinta? Semakin jatuh cinta gara gara aturan main yang tak masuk akal. Aku
masih tak ingat dari mana asalnya atau bagaimana awalnya, macan dan petir ikut
bermain. Aku ingat petir, setiap kali tanpa sengaja mengamati jari jariku yang
lentik. Hahaha… Tak bakal aku takut atau jera disambar petir, terbakar sampai
hangus sekaligus basah kuyup. Telah kualami berulang kali sejak kau ada di
dekatku. Dan analoginya masih kurang hebat dibanding kenyataannya.
Badai pasti
berlalu, mungkin besok pagi atau satu abad lagi, siapa peduli. Selama kau ada,
sengaja atau tidak, kaubuat aku berlebihan*