Minggu, 25 Januari 2015

puzzle


Percakapan kita selalu semrawut, mirip benang kusut. Artinya setiap orang normal akan merasa tergoda untuk menguraikannnya atau meluruskannya. Menguraikan benang butuh konsentrasi, ketekunan, juga kesabaran berkali lipat ketimbang meluruskan baju kusut. Begitulah, kusetarakan masalah seluruh umat manusia dengan baju kusut, dan obrolan kita dengan benang kusut.
Berlebihan? Jika tidak, malah kekurangan.
Entah dari mana idenya, aku lupa. Aku mengarang atau mengingat pendepat seseorang. Tentang permainan menggunakan jari tangan, kenapa Cuma tiga jari mendapat peran. Ibu jari, telunjuk, kelingking. Kasihan jari tengah dan jari manis, tidak diajak bermain.
Singkat cerita, kukatakan padamu, versi baru. Ibu jari, telunjuk dan kelingking tetap pada perannya masing masing, gajah, manusia dan semut. Jari manis bisa jadi macan, lebih simple dikatakan dan dituliskan dari harimau. Jari tengah jadi petir. Kau menyimak, sesaat kemudian kautanyakan aturan mainnya. Untuk jari manis yang jadi macan, ada aturan panjang dan sedikit lebih rumit dari pada yang telah ada. Tak akan kutuliskan, karena, sebenarnya sekarang aku sudah lupa.
Kau tertawa keras, setelah kuberitahu aturan main yang berlaku untuk jari tengah, si petir. Semua jari harus dikalahkan petir, tapi hanya boleh digunakan sekali. Berikutnya giliran lawan main yang boleh memakai jari tengah alias petir unuk mengalahkan siapa saja yang pada permainan sebelumnya telah menggunakan petir untuk memenangkan permainan.
Kau tertawa, hingga aku menyerah, ikut tertawa, lebih keras dan berantakan. Beberapa tetes liur berhasil menghiasi bagian bawah wajahku, akibat tawa yang berlebihan. Jorok dan konyol, seperti manusia manusia yang selalu mengepung langkah kita di mana mana.
Benarkah kau jatuh cinta? Semakin jatuh cinta gara gara aturan main yang tak masuk akal. Aku masih tak ingat dari mana asalnya atau bagaimana awalnya, macan dan petir ikut bermain. Aku ingat petir, setiap kali tanpa sengaja mengamati jari jariku yang lentik. Hahaha… Tak bakal aku takut atau jera disambar petir, terbakar sampai hangus sekaligus basah kuyup. Telah kualami berulang kali sejak kau ada di dekatku. Dan analoginya masih kurang hebat dibanding kenyataannya.
Badai pasti berlalu, mungkin besok pagi atau satu abad lagi, siapa peduli. Selama kau ada, sengaja atau tidak, kaubuat aku berlebihan*