Gajah,
manusia, semut.
Gajah mengalahkan
manusia. Manusia mengalahkan semut. Semut mengalahkan gajah. Tak seorang
anakpun bertanya, mengapa. Mengapa manusia tidak menembak gajah. Nyatanya ada sejenis semut besar dan ganas
yang sanggup memangsa manusia. Dan, kemungkinannya lebih besar jumlah semut
yang terbunuh gajah, ketimbang gajah celaka akibat serangan semut.
Sejak dulu,
anak anak terbiasa mematuhi aturan permainan, tanpa ragu. Hingga kini, hingga
anak anak tumbuh dewasa, aturan permainan tak pernah dipertanyakan, tak jadi
masalah. Begitulah kenyataannya. Hanya sejenis manusia hipokrit yang
menghabiskan terlalu banyak waktu untuk melamun, meresahkan aturan permainan
yang telah berlaku selama entah berapa abad.
Kopi?
Pahit.
Hanya permainan
yang dapat berjalan lancar berdasarkan aturan. Tak masalah, benar atau salah,
asalkan sesuai aturan maka setiap orang akan puas dan gembira. Aturan adalah
kebenaran dalam permainan. Apakah hidup benar benar permainan?
Gunting,
batu, kertas, juga sama. Bagaimana jika batunya leih besar dan sangat berat,
sedangkan kertasnya kecil. Atau kertasnya tebal dan guntingnya tumpul. Alangkah
banyaknya batu di bumi yang tak sanggup meremukkan sebuah gunting. Tapi aturan telah
ditentukan dan akan selalu digunakan dalam permainan.
Tulisan ini
adalah efek negatif akibat kekurangan sigaret.
Dan siang
tadi, tiga ekor kupu kupu kecil terbang menukik cukup rendah mendekati
sekumpulan manusia yang menurut seorang pengamat tak perlu ada. Entah kenapa
dunia mesti dipenuhi ketidak indahan. Seandainya bisa, pasti pengamat tersebut
tak ragu sedikitpun untuk menyihir setiap manusia dalam jarak pandangnya
menjadi rumpun bunga bunga, daunpun tak soal. Tanaman seringkali lebih sedap
dipandang dari pada manusia, yang jelas, tanaman tak banyak tingkah, diam dan
pasrah. Tak ada kupu kupu sudi hinggap di atas manusia, sewangi apapun
rambutnya. Hanya dalam sebuah lagu, kupu kupu hinggap di rambutmu.
Sekarang masuk
akal, kenapa otak terlihat tidak bagus, bisa dibilang menjijikkan. Kelabu,
berkerut, seram, tidak keruan. Itulah alat untuk berpikir. Memilih dan menyusun
kata. Mencetuskan pendapat dan gagasan. Bunga tak berotak. Jika berotak, tentu
mawar dan melati tak seindah ini.
Hati? Gumpalan
merah, lembek, berbau amis. Kalau tak pakai otak, pakai hati. Tak ada yang
lebih baik. Semua obrolan sia sia manusia. Tapi diam yang dibuat buat dan
dipaksakan juga memuakkan.
Kau bunga di
tamanku, begitu syair sebuah lagu. Bukan, kau putri, permaisuri, gadis, janda,
wanita, perempuan, atau apa saja sebutan yang bermakna manusia. Bunga, adalah
pujaan dan pujian paling sempuna untuk manusia. Seorang manusia yang jatuh
cinta, dapat secara spontan, mungkin tanpa sadar menganggap yang dicintainya
serupa bunga. Tak mengandung otak dan hati pada sosoknya.
Sekali lagi,
tulisan ini adalah efek negatif akibat kekurangan nikotin. Merokok membunuhmu,
tercetak pada setiap kemasan sigaret. Hmm…tidak merokok membunuhku. Ah…dusta. Tak
ada yang mampu membuatku kecanduan, selain cinta. Cie…cie… uhuk..uhuk…
*