Bukan kau yang
tak kelihatan saat kau tak ada di sini. Kau selalu ada dan tak pernah kemana
mana. Hanya ingatan matahari yang pergi, tak lagi ada di sini, tak tahu kemana
dan kenapa. Cahaya seolah lupa cara menghias angkasa. Sia sia gerimis dan hujan
menempuh perjalanan rumit demi memenuhi kerinduan para bidadari turun sebentar ke
bumi.
Matahari hanya
termenung, manyun dan bingung, seperti lupa atau tak kuasa mengucapkan mantra
untuk menyihir jejak air jadi lengkung tangga warna warni dari surga. Lantas semua
mulai bertanya, bergantian atau bersamaan, kau sedang kemana dan kenapa, kepada
sepasang mata yang kehilangan kata kata.
Sepasang
mata menggeletar dan menggigil. Sepasang mata kedinginan diserang air. Air yang
dingin dan hening, nyaris putus asa, tak lagi bisa bercerita mengiringi
nyanyian anak anak yang riang menggambar saat menyambut hujan*